5  Integral

5.1 Definisi Integral Tak Tentu

Integral tak tentu adalah kebalikan dari operasi turunan dalam kalkulus. Jika kita punya suatu fungsi, integral tak tentu mencari fungsi asal yang, ketika diturunkan, akan menghasilkan fungsi tersebut.

Misalnya, jika kita memiliki suatu kecepatan suatu objek yang bergerak, integral dari kecepatan tersebut akan memberi kita posisi objek tersebut setelah bergerak dalam waktu tertentu. Dengan kata lain, integral membantu kita “mencari fungsi yang hilang.”

Integral tak tentu dari suatu fungsi f(x) ditulis seperti ini:

f(x)dx

Simbol ini adalah simbol integral, yang berarti kita akan mencari fungsi yang hasil turunannya adalah f(x). dx menunjukkan variabel yang digunakan (dalam hal ini x), dan hasilnya adalah fungsi primitif F(x), yang ditambah dengan konstanta integrasi C.

Jadi, secara umum, kita menulis:

f(x)dx=F(x)+C

  • F(x) adalah fungsi primitif (fungsi yang diturunkan untuk menghasilkan f(x)).
  • C adalah konstanta integrasi (karena ada banyak fungsi yang diturunkan menjadi f(x) yang berbeda hanya pada nilai konstanta).

Setiap kali kita mengambil turunan dari sebuah fungsi, nilai konstanta tidak akan terlihat. Misalnya, turunan dari x2+3 dan x2+5 adalah sama, yaitu 2x. Karena itu, saat kita mengintegral, kita harus menambahkan konstanta C untuk menyatakan bahwa ada banyak fungsi primitif yang mungkin (berbeda hanya pada nilai konstanta).

Contoh Integral Tak Tentu 1:

Jika kita ingin mencari integral dari fungsi f(x)=2x, kita mencari fungsi yang turunan dari fungsi tersebut menghasilkan 2x. Fungsi tersebut adalah x2. Maka:

2xdx=x2+C

Di sini, kita menambahkan C karena ada banyak fungsi yang memiliki turunan 2x, seperti x2+3, x2+5, dan seterusnya.

Contoh Integral Tak Tentu 2:

Jika kita ingin mencari integral dari f(x)=3, yang berarti fungsi konstan. Fungsi yang jika diturunkan menghasilkan 3 adalah 3x. Maka:

3dx=3x+C

Integral tak tentu adalah cara untuk menemukan fungsi asal dari suatu fungsi yang sudah diketahui. Ini membantu kita memahami perubahan dari suatu fenomena (misalnya, perubahan posisi atau jumlah) dari waktu ke waktu. Konstanta C menunjukkan bahwa ada banyak solusi untuk integral yang sama, hanya berbeda pada nilai konstan.

5.2 Definisi Integral Tentu

Integral tentu adalah jumlah luas kurva dari f(x) di antara batas a hingga b:

abf(x)dx=F(b)F(a)

di mana F(x) adalah antiturunan dari f(x), yaitu fungsi yang apabila diturunkan akan menghasilkan f(x).

Contoh:

Misalnya kita ingin menghitung integral dari fungsi f(x)=x2 pada interval [0,2]:

02x2dx=[13x3]02=83

Langkah-langkah perhitungannya:

  1. Temukan antiturunan dari x2, yaitu F(x)=13x3.

  2. Evaluasi antiturunan pada batas atas (x=2) dan batas bawah (x=0):

    • F(2)=13×23=83
    • F(0)=13×03=0
  3. Hitung selisihnya: 830=83.

Hasilnya adalah 83, yang menunjukkan luas area di bawah kurva x2 dari x=0 hingga x=2.

Integral tentu sering digunakan untuk menghitung:

  • Luas area di bawah suatu kurva antara dua batas tertentu.
  • Total jarak yang ditempuh oleh objek dengan kecepatan yang berubah-ubah.
  • Total biaya atau total pendapatan dalam konteks ekonomi atau bisnis.

5.3 Aturan Dasar Integrasi

5.3.1 Integral Fungsi-Fungsi Dasar

Integral merupakan proses kebalikan dari turunan. Integral tak tentu menghasilkan fungsi asal (primitif) dari suatu turunan, sedangkan integral tentu menghitung luas di bawah kurva antara dua titik.

Berikut adalah beberapa fungsi dasar dan integralnya yang sangat sering digunakan dalam Matematika Teknik:

Fungsi Integral
xn xn+1n+1+C, n1
ex ex+C
1x ln|x|+C
sinx cosx+C
cosx sinx+C

5.3.2 Metode Substitusi

Metode substitusi digunakan untuk menyederhanakan bentuk integral dengan mengganti bagian dari fungsi menjadi variabel baru u. Ini sangat berguna ketika fungsi yang diintegralkan adalah komposisi dari dua fungsi.

Jika u=g(x), maka:

f(g(x))g(x)dx=f(u)du

Langkah-langkah:

  1. Tentukan substitusi: u=g(x)
  2. Hitung turunan du=g(x)dx
  3. Ganti semua x dan dx menjadi fungsi u dan du
  4. Hitung integral dalam variabel u
  5. Kembalikan ke variabel x

Contoh Soal

Hitung:

2xcos(x2)dx

Langkah-langkah:

  1. Substitusi:
    • u=x2
    • du=2xdx
  2. Ganti ke bentuk u:
    • 2xcos(x2)dx=cos(u)du
  3. Hitung integral:
    • cos(u)du=sin(u)+C
  4. Kembalikan ke variabel x:
    • sin(x2)+C

Jadi:

2xcos(x2)dx=sin(x2)+C

Catatan:

  • Metode substitusi sangat berguna dalam integral fungsi komposit.
  • Jika Anda melihat suatu fungsi dan turunannya dalam bentuk integral, metode substitusi biasanya dapat digunakan.
  • Metode ini adalah dasar dari integrasi dengan perubahan variabel dan penting dalam kalkulus teknik dan fisika.

5.3.3 Metode Integrasi Parsial

Integrasi parsial digunakan ketika fungsi yang diintegralkan merupakan hasil kali dari dua fungsi yang berbeda. Metode ini berdasarkan pada aturan turunan dari hasil kali dua fungsi.

Jika u=f(x) dan dv=g(x)dx, maka:

udv=uvvdu

Langkah-langkah:

  1. Tentukan: mana fungsi yang akan dijadikan u dan mana yang dv.
  2. Hitung: turunan du dan integral v.
  3. Substitusikan ke rumus: udv=uvvdu
  4. Selesaikan integral sisanya.

Gunakan panduan LIATE untuk memilih u:

  • L: Logaritma (mis. lnx)
  • I: Invers trigonometri (mis. tan1x)
  • A: Aljabar (mis. x, x2)
  • T: Trigonometri (mis. sinx, cosx)
  • E: Eksponensial (mis. ex)

Contoh Soal:

Hitung:

xexdx

Langkah-langkah:

  1. Pilih:

    • u=xdu=dx
    • dv=exdxv=ex
  2. Gunakan rumus:

xexdx=xexexdx

  1. Selesaikan:

=xexex+C

Catatan:

  • Integrasi parsial sangat berguna untuk fungsi seperti:

    • xex
    • xlnx
    • xsinx
  • Kadang proses harus diulang lebih dari satu kali, terutama jika fungsi u masih berisi variabel setelah integrasi pertama.

5.4 Penerapan Integrasi

5.4.1 Volume Benda Putar

Volume benda putar adalah volume yang terbentuk ketika suatu kurva atau daerah bidang diputar mengelilingi suatu sumbu. Ada beberapa metode utama untuk menghitungnya, yaitu:

5.4.1.1 Metode Cakram

Metode Cakram (Disk Method) digunakan ketika daerah diputar mengelilingi sumbu horizontal (misal: sumbu-x), dan tidak berlubang di tengah.

Rumus:

Jika daerah di antara y=f(x), x=a, dan x=b diputar mengelilingi sumbu-x:

V=πab[f(x)]2dx

Contoh Soal:

Menghitung volume lapisan batuan menggunakan Metode Cakram dengan profil y=x, dari x=0 sampai x=4:

V=π04xdx=π[12x2]04=8π

import numpy as np
import plotly.graph_objects as go

# Nilai x dan fungsi y = sqrt(x)
x = np.linspace(0, 4, 100)
y = np.sqrt(x)

# Buat permukaan revolusi (volume benda putar)
theta = np.linspace(0, 2*np.pi, 100)
X, T = np.meshgrid(x, theta)
Y = np.sqrt(X)
Z = Y * np.cos(T)
W = Y * np.sin(T)

# Buat plot 3D
fig = go.Figure(data=[go.Surface(x=X, y=Z, z=W, colorscale='Viridis', opacity=0.9)])

# Layout
fig.update_layout(
    title='Volume Rotasi y = √x dari x = 0 ke x = 4 (Metode Cakram)',
    scene=dict(
        xaxis_title='x',
        yaxis_title='y (putaran)',
        zaxis_title='z'
    )
)
−2−1012Volume Rotasi y = √x dari x = 0 ke x = 4 (Metode Cakram)

5.4.1.2 Metode Cincin

Metode Cincin (Washer Method) digunakan ketika daerah yang diputar memiliki lubang di tengah, yaitu antara dua kurva, dan diputar terhadap sumbu horizontal seperti sumbu-x.

Rumus:

Jika daerah antara y=f(x) (kurva atas) dan y=g(x) (kurva bawah) diputar terhadap sumbu-x:

V=πab([f(x)]2[g(x)]2)dx

Contoh Soal:

Hitung volume benda yang dibentuk dari pemutaran daerah antara y=x dan y=x2 dari x=0 sampai x=4 terhadap sumbu-x menggunakan Metode Cincin.

V=π04((x)2(x2)2)dx=π04(xx24)dx

V=π[x22x312]04=π(1626412)=π(8163)=8π3

import numpy as np
import plotly.graph_objects as go

# Nilai x dan dua fungsi: y_outer = sqrt(x), y_inner = x/2
x = np.linspace(0, 4, 100)
y_outer = np.sqrt(x)
y_inner = x / 2

# Variabel rotasi
theta = np.linspace(0, 2*np.pi, 100)
X, T = np.meshgrid(x, theta)

# Fungsi luar
Y_outer = np.sqrt(X)
Z_outer = Y_outer * np.cos(T)
W_outer = Y_outer * np.sin(T)

# Fungsi dalam
Y_inner = X / 2
Z_inner = Y_inner * np.cos(T)
W_inner = Y_inner * np.sin(T)

# Plot 3D permukaan luar dan dalam (lubang)
fig = go.Figure()

# Permukaan luar
fig.add_trace(go.Surface(x=X, y=Z_outer, z=W_outer, colorscale='Blues', opacity=0.8, showscale=False, name='Outer Surface'))
# Permukaan dalam (lubang)
fig.add_trace(go.Surface(x=X, y=Z_inner, z=W_inner, colorscale='Reds', opacity=0.8, showscale=False, name='Inner Surface'))
# Layout
fig.update_layout(
    title='Volume Rotasi antara y = √x dan y = x/2 (Metode Cincin)',
    scene=dict(
        xaxis_title='x',
        yaxis_title='putaran-y',
        zaxis_title='putaran-z'
    ),
    showlegend=False
)
Volume Rotasi antara y = √x dan y = x/2 (Metode Cincin)
fig.show()
Volume Rotasi antara y = √x dan y = x/2 (Metode Cincin)

5.4.1.3 Metode Kulit Silinder

Metode Kulit Silinder (Shell Method) digunakan untuk menghitung volume benda yang diputar mengelilingi sumbu vertikal (misalnya: sumbu-y), terutama ketika memutar fungsi dalam bentuk x terhadap sumbu-y lebih mudah dibanding metode cakram/cincin.

Rumus:

Jika fungsi y=f(x) diputar terhadap sumbu-y dari x=a ke x=b, maka:

V=2πabxf(x)dx

Contoh Soal:

Hitung volume benda yang dibentuk dari pemutaran daerah di bawah y=x dari x=0 hingga x=4 terhadap sumbu-y menggunakan Metode Kulit Silinder.

V=2π04xxdx=2π04x3/2dx

V=2π[25x5/2]04=2π2532=128π5

import numpy as np
import plotly.graph_objects as go

# x dan y = sqrt(x)
x = np.linspace(0, 4, 100)
y = np.sqrt(x)

# Variabel rotasi (theta)
theta = np.linspace(0, 2*np.pi, 100)
X, T = np.meshgrid(x, theta)

# f(x) = sqrt(x), digunakan untuk menghitung permukaan silinder
Y = X * np.cos(T)  # sumbu-y (melingkar)
Z = X * np.sin(T)  # sumbu-z (melingkar)
H = np.sqrt(X)     # tinggi silinder

# Plot 3D permukaan silinder
fig = go.Figure()

fig.add_trace(go.Surface(
    x=X, y=Y, z=H, surfacecolor=H, colorscale='Viridis',
    showscale=False, opacity=0.9, name='Shell Surface'
))
# Layout
fig.update_layout(
    title='Volume Rotasi y = √x dari x = 0 ke x = 4 (Metode Kulit Silinder)',
    scene=dict(
        xaxis_title='x (tinggi kulit)',
        yaxis_title='putaran-y',
        zaxis_title='z'
    ),
    showlegend=False
)
Volume Rotasi y = √x dari x = 0 ke x = 4 (Metode Kulit Silinder)

5.4.2 Volume Kontur Penampang

Menghitung volume material antara dua penampang dapat dilakukan menggunakan beberapa pendekatan geometrik dan numerik. Berikut beberapa metode yang umum digunakan:

5.4.2.1 Metode Rata-Rata Penampang

Metode Rata-Rata Penampang (Average-End Area Method) digunakan untuk memperkirakan volume material antara dua penampang.

Rumus:

V=12h(A1+A2)

Keterangan:

  • h : jarak vertikal antara dua penampang
  • A1,A2 : luas penampang bawah dan atas

Diberikan fungsi luas penampang:

  • Penampang bawah: A1(x)=150+20sin(πx5)+5e0.1x
  • Penampang atas: A2(x)=180+15cos(πx5)+8ln(x+1)

Jika diketahui:

  • Interval x dari 0 hingga 10 satuan,
  • Jarak antar penampang h=5 satuan,

Hitung volume material menggunakan Metode Rata-Rata Penampang.

Langkah-langkah Penyelesaian

  1. Hitung A1 pada x=0 dan x=10.
  2. Hitung A2 pada x=0 dan x=10.
  3. Terapkan rumus rata-rata penampang untuk menghitung volume.

Langkah 1: Hitung nilai area pada x=0:

  • A1(0)=150+20sin(0)+5e0=150+0+5=155
  • A2(0)=180+15cos(0)+8ln(1)=180+15+0=195

Langkah 2: Hitung nilai area pada x=10:

  • sin(π×105)=sin(2π)=0
  • cos(π×105)=cos(2π)=1
  • e10.3679
  • ln(11)2.3979

Sehingga:

  • A1(10)=150+20(0)+5(0.3679)=150+1.8395=151.8395
  • A2(10)=180+15(1)+8(2.3979)=180+15+19.1832=214.1832

Langkah 3: Rata-rata area:

  • A1,rata=155+151.83952=153.41975
  • A2,rata=195+214.18322=204.5916

Langkah 4: Hitung volume:

V=12×5×(153.41975+204.5916)

V=52×358.01135

V=2.5×358.01135

V895.0284 satuan volume

Volume material 895.03 satuan volume.

Visualisasi 3D Fungsi Area

import numpy as np
import plotly.graph_objects as go

# Fungsi untuk penampang bawah dan atas
def A1(x):
    return 150 + 20 * np.sin(np.pi * x / 5) + 5 * np.exp(-0.1 * x)

def A2(x):
    return 180 + 15 * np.cos(np.pi * x / 5) + 8 * np.log(x + 1)

# Grid x dan y
x = np.linspace(0, 10, 100)
y = np.linspace(0, 5, 10)  # Jarak vertikal untuk memberi kedalaman
X, Y = np.meshgrid(x, y)

# Hitung Z untuk penampang bawah dan atas
Z1 = A1(X)
Z2 = A2(X)

# Buat plot 3D
fig = go.Figure()

# Tambahkan penampang bawah
fig.add_trace(go.Surface(z=Z1, x=X, y=Y, colorscale='Viridis', name='Penampang Bawah', opacity=0.9))
140150160170
# Tambahkan penampang atas
fig.add_trace(go.Surface(z=Z2, x=X, y=Y, colorscale='Cividis', name='Penampang Atas', opacity=0.6))
140150160170180185190195200205210
# Layout
fig.update_layout(
    title='Visualisasi Volume Cadangan Tambang antara Dua Penampang',
    scene=dict(
        xaxis_title='Jarak Horizontal (m)',
        yaxis_title='Kedalaman / Interval Vertikal (m)',
        zaxis_title='Luas Penampang (m²)'
    ),
    margin=dict(l=0, r=0, b=0, t=50)
)
135140145150155160165170180185190195200205210Visualisasi Volume Cadangan Tambang antara Dua Penampang
fig.show()
135140145150155160165170180185190195200205210Visualisasi Volume Cadangan Tambang antara Dua Penampang

5.4.2.2 Metode Prismoid

Metode Prismoid digunakan untuk menghitung volume material antara dua penampang dengan mempertimbangkan penampang tengah. Rumus Prismoid adalah sebagai berikut:

V=h6(A1+4Am+A2)

Keterangan:

  • h: Jarak antara dua penampang
  • A1: Luas penampang bawah (di x=0)
  • A2: Luas penampang atas (di x=10)
  • Am: Luas penampang tengah (di x=5)

Diketahui: Fungsi luas penampang bawah dan atas:

  • Penampang bawah:
    A1(x)=150+20sin(πx5)+5e0.1x

  • Penampang atas:
    A2(x)=180+15cos(πx5)+8ln(x+1)

Dengan:

  • x[0,10]
  • h=10

Langkah Penyelesaian:

Langkah 1, hitung A1(0)

A1(0)=150+20sin(0)+5e0=150+0+5=155

Langkah 2, hitung A2(10)

cos(π105)=cos(2π)=1ln(11)2.3979

A2(10)=180+15(1)+8(2.3979)=180+15+19.1832=214.1832

Langkah 3, hitung Am(5)

sin(π55)=sin(π)=0cos(π55)=cos(π)=1ln(6)1.7918

A1(5)=150+0+5e0.5150+0+5(0.6065)=153.0325

A2(5)=180+15(1)+8(1.7918)=18015+14.3344=179.3344

Am=A1(5)+A2(5)2=153.0325+179.33442=166.1834

Hitung Volume

V=106(153.0325+4166.1834+179.3344)

V=106(155+664.7336+179.3344)=1061033.9168

V1723.1947 satuan volume

Volume Material

V1723.19 satuan volume

Visualisasi 3D Penampang

import numpy as np
import plotly.graph_objects as go

# Fungsi penampang bawah dan atas
def A1(x):
    return 150 + 20 * np.sin(np.pi * x / 5) + 5 * np.exp(-0.1 * x)

def A2(x):
    return 180 + 15 * np.cos(np.pi * x / 5) + 8 * np.log(x + 1)

# Grid x dan y
x = np.linspace(0, 10, 100)
y = np.linspace(0, 5, 10)
X, Y = np.meshgrid(x, y)

# Penampang
Z_bawah = A1(X)
Z_tengah = (A1(X) + A2(X)) / 2
Z_atas = A2(X)

# Plot 3D
fig = go.Figure()

fig.add_trace(go.Surface(z=Z_bawah, x=X, y=Y, colorscale='Viridis', name='Penampang Bawah', opacity=0.9))
140150160170
fig.add_trace(go.Surface(z=Z_tengah, x=X, y=Y, colorscale='Greens', name='Penampang Tengah', opacity=0.6))
140150160170165170175180
fig.add_trace(go.Surface(z=Z_atas, x=X, y=Y, colorscale='Cividis', name='Penampang Atas', opacity=0.6))
140150160170165170175180180185190195200205210
fig.update_layout(
    title='Visualisasi 3D Penampang Bawah, Tengah, dan Atas',
    scene=dict(
        xaxis_title='Jarak Horizontal (x)',
        yaxis_title='Kedalaman / Interval Vertikal (h)',
        zaxis_title='Luas Penampang (A)'
    ),
    margin=dict(l=0, r=0, b=0, t=50)
)
135140145150155160165170165170175180180185190195200205210Visualisasi 3D Penampang Bawah, Tengah, dan Atas
fig.show()
135140145150155160165170165170175180180185190195200205210Visualisasi 3D Penampang Bawah, Tengah, dan Atas

5.4.2.3 Metode Grid / Kontur

Metode Grid / Kontur (Contour Area Method) digunakan untuk menghitung volume material yang terperangkap antara beberapa kontur, sering digunakan pada peta topografi atau hasil pemetaan drone. Dalam metode ini, volume dihitung dengan memperkirakan volume antar pasangan kontur. Rumus Umum:

V=i=1n112(Ai+Ai+1)h

Keterangan:

  • V: Volume material antara kontur
  • Ai: Luas kontur pada titik i
  • Ai+1: Luas kontur pada titik i+1
  • h: Jarak vertikal antara dua kontur (biasanya jarak antar level kontur)

Diketahui:

Anda memiliki beberapa kontur yang membentuk area pada peta topografi atau hasil pemetaan drone. Misalkan ada beberapa titik kontur dengan nilai luas Ai dan Ai+1 pada dua titik yang berdekatan. Anda juga mengetahui jarak vertikal antar kontur h.

Langkah Penyelesaian

Langkah 1: Tentukan Kontur dan Luas Area

Misalkan terdapat 5 kontur pada interval [x1,x2,x3,x4,x5], yang memiliki luas area masing-masing: A1, A2, A3, A4, dan A5.

Langkah 2: Setiap Pasangan Kontur, untuk setiap pasangan kontur, volume dihitung dengan rumus:

V=12(Ai+Ai+1)h

Dimana:

  • Ai dan Ai+1 adalah luas kontur pada pasangan kontur.
  • h adalah jarak vertikal antara dua kontur tersebut.

Langkah 3: Volume total dihitung dengan menjumlahkan volume dari setiap pasangan kontur:

Vtotal=i=1n112(Ai+Ai+1)h

Contoh Perhitungan:

Misalkan kita memiliki lima kontur yang terpisah oleh jarak vertikal h=10 satuan, dengan luas kontur sebagai berikut:

  • A1=150
  • A2=170
  • A3=190
  • A4=210
  • A5=230

Berikut adalah perhitungan volume antar setiap pasangan kontur.

Volume antara A1 dan A2:

V12=12(150+170)10=1232010=1600

Volume antara A2 dan A3:

V23=12(170+190)10=1236010=1800

Volume antara A3 dan A4:

V34=12(190+210)10=1240010=2000

Volume antara A4 dan A5:

V45=12(210+230)10=1244010=2200

Jumlahkan Semua Volume

Vtotal=1600+1800+2000+2200=7600 satuan volume

Volume Material

Vtotal=7600 satuan volume

Visualisasi Volume Kontur

import numpy as np
import plotly.graph_objects as go

# Kontur data
kontur_x = [0, 2, 4, 6, 8]
kontur_y = [150, 170, 190, 210, 230]

# Membuat grid untuk visualisasi
x = np.linspace(0, 8, 100)
y = np.linspace(0, 240, 50)
X, Y = np.meshgrid(x, y)

# Fungsi untuk mensimulasikan kontur
Z = np.interp(X, kontur_x, kontur_y)

# Membuat plot 3D
fig = go.Figure()

fig.add_trace(go.Surface(z=Z, x=X, y=Y, colorscale='Viridis', opacity=0.9))
160180200220
fig.update_layout(
    title='Visualisasi 3D Kontur dan Volume Material',
    scene=dict(
        xaxis_title='Jarak Horizontal (x)',
        yaxis_title='Kontur (A)',
        zaxis_title='Ketinggian / Volume'
    ),
    margin=dict(l=0, r=0, b=0, t=50)
)
150160170180190200210220230Visualisasi 3D Kontur dan Volume Material
fig.show()
150160170180190200210220230Visualisasi 3D Kontur dan Volume Material

5.4.2.4 Metode Cross-Section

Metode Cross-Section (Potongan Melintang) Digunakan ketika data penampang tersedia dalam bentuk potongan secara berkala (berderet).

Rumus:

V=i=1n112(Ai+Ai+1)hi

5.4.2.5 Metode Numerical Integration

Metode Numerical Integration digunakan jika fungsi area kontur (A(x)) diketahui secara matematis.

  • Metode Trapesium:

    Vh2(A1+A2)

  • Metode Simpson 1/3 Rule (butuh 3 titik):

    Vh3(A1+4Am+A2)

5.4.3 Stripping Ratio

Jika:

  • Vo: volume overburden
  • Vr: volume material berharga

Maka:

Stripping Ratio=VoVr

Contoh penggunaan integral:

Vo=abho(x)dx,Vr=abhr(x)dx

5.4.4 Sebaran Ledakan Partikel

Luas di bawah kurva distribusi digunakan untuk menghitung persen kumulatif:

Cumulative Mass %=0df(x)dx

5.4.5 Estimasi Volume Cadangan

Diberikan fungsi A(x)=100+10x, pada interval 0–10 (meter). Estimasi volume cadangan:

V=010(100+10x)dx=[100x+5x2]010=1000+500=1500 m3

5.5 Latihan Soal

  1. Hitung:
    13(3x22x+1)dx

  2. Gunakan metode substitusi untuk menghitung:
    xcos(x2)dx

  3. Hitung volume overburden dengan profil h(x)=10x, x=0 sampai x=5

  4. Jika distribusi ukuran partikel mengikuti fungsi f(x)=ex, berapa persen partikel < 2 cm?
    02exdx

5.6 Latihan Studi Kasus

5.6.1 Cadangan Tambang

Deskripsi:
Sebuah penampang tambang menunjukkan bahwa luas penampang mineral di kedalaman tertentu dapat dimodelkan dengan fungsi:

A(x)=120+15x0.5x2

dengan A(x) dalam m² dan x adalah kedalaman (meter), dari x=0 hingga x=10 meter.

Pertanyaan:

Hitung volume total cadangan dengan:

V=010A(x)dx

5.6.2 Lapisan Tanah Penutup

Deskripsi:
Lapisan tanah penutup (overburden) memiliki ketebalan yang berubah-ubah dan dimodelkan dengan:

ho(x)=8+2sin(πx20)

x dalam meter (0–20 m). Panjang area ke arah dalam (tegak lurus sumbu x) adalah 50 m.

Pertanyaan:

  1. Hitung volume tanah penutup:

V=020ho(x)50dx

  1. Interpretasikan hasilnya dalam konteks logistik dan perencanaan alat berat.

5.6.3 Massa Total Material

Deskripsi:
Sebuah silo menyimpan material hasil galian dengan kerapatan bervariasi:

ρ(y)=2.5+0.1y(ton/m3)

Luas alas silo = 10 m², tinggi = 6 m.

Pertanyaan:

  1. Hitung massa total material:

M=06ρ(y)10dy

  1. Jelaskan bagaimana variasi kerapatan memengaruhi massa total.

5.6.4 Optimasi Volume Galian

Deskripsi:

Tambang terbuka memiliki profil penampang:

A(x)=60x2x2

dengan x[0,15] meter. Biaya per meter horizontal tergantung pada luas area:

C(x)=50A(x)

Pertanyaan:

  1. Hitung volume penggalian:

V(a)=0aA(x)dx

  1. Hitung biaya total penggalian:

T(a)=0aC(x)dx=500aA(x)dx

  1. Tentukan nilai a optimal (maksimum panjang penggalian) sebelum A(x) menjadi nol untuk efisiensi maksimal.

5.6.5 Optimasi Produksi Tambang

Deskripsi:

Sebuah proyek tambang batu bara beroperasi selama 30 hari. Jumlah pekerja dan alat berat yang digunakan setiap hari diatur secara bertahap agar menyesuaikan kebutuhan lapangan:

  • Jumlah pekerja harian dimodelkan sebagai:

    P(t)=30+10sin(πt30)

  • Jumlah alat berat per hari dimodelkan sebagai:

    M(t)=10+2cos(πt30)

dengan t adalah hari ke-t, 0t30.

Produksi harian batu bara (dalam ton) dimodelkan oleh:

Q(t)=20P(t)0.6M(t)0.4

Pertanyaan:

  1. Tentukan total produksi batu bara selama 30 hari.

    Total produksi=030Q(t)dt

  2. Jika biaya gaji per pekerja per hari adalah Rp 500.000 dan biaya sewa alat berat per unit per hari adalah Rp 2.000.000, tentukan:

    • Total biaya selama 30 hari:

      Biaya total=030[500,000P(t)+2,000,000M(t)]dt

  3. Hitung rata-rata produksi per biaya:

    Efisiensi produksi=030Q(t)dt030[500,000P(t)+2,000,000M(t)]dt