8  Teknik Preservasi Spesimen

Seringkali spesies yang ditemukan saat pengamatan belum bisa teridentifikasi hingga ke tingkat species. Ketika hal ini terjadi, umumnya pengamat harus menangkap jenis tersebut untuk diawetkan sebagai spesimen awetan (voucher specimens). Hal ini menjadi penting untuk dilakukan karena: (1) Memastikan identifikasi jenis secara akurat dan, (2) Meningkatkan pemahaman terhadap kemungkinan variasi jenis dari lokasi yang berbeda. Pengawetan spesimen ini juga dapat digunakan dikemudian hari oleh peneliti lain seperti studi DNA, revisi taksonomi dan sebagainya.

Meskipun penting untuk dilakukan, perlu diperhatikan juga mengenai etika dalam koleksi spesimen awetan. Beberapa kawasan konservasi mungkin membutuhkan legalitas yang harus diurus sebelum dapat membawa spesimen keluar kawasan. Ketika dikawasan non-konservasi pun kita harus sadar terhadap kerentanan spesies tersebut dan dampak yang akan terjadi terhadap pengambilan spesies untuk dijadikan spesimen awetan. Jika anda menangkap dan membunuh banyak hewan untuk alasan penelitian, justru menimbulkan dampak yang negatif terhadap upaya konservasi yang sedang anda upayakan. Oleh karena itu, perijinan untuk pengambilan spesimen dan tempat penyimpanan spesimen (laboratorium zoologi atau herbarium di universitas terdekat) harus didapatkan terlebih dahulu sebelum melakukan kajian, supaya spesies yang sudah ditangkap tidak mati sia-sia dan dapat digunakan sebaik-baiknya untuk penelitian.

8.1 Herpetofauna

Data yang diperlukan pada spesimen awetan herpetofauna harus memiliki catatan nama jenis, lokasi pengambilan sampel, tanggal dan waktu, kode sampel, berat, ukuran panjang, dan hal lain yang terkait.

Tahapan pengawetan:

  • Untuk keamanan gunakan sarung tangan lateks dan masker saat melakukan kegiatan preservasi.
  • Lakukan pembiusan dengan menekan kapas yang sebelumnya telah dicelupkan ke cairan MS-222 atau Chlorobutanol pada lubang pernafasan. Saat larutan MS-222 atau Chlorobutanol tidak dapat diperoleh maka dapat diganti dengan larutan alkohol 70%.
  • Setelah dipastikan sampel terbius (terlihat lemas), lakukan penyuntikkan alcohol 70% menggunakan syringe pada otak kecil melalui tengkuk.
  • Lakukan penyuntikan formalin 10% pada bagian-bagian berdaging, berongga dan organ dalam.
  • Segera setelah penyuntikkan, letakkan sampel tersebut dalam suatu kotak plastik yang sebelumnya telah dilapisi kain kasa dan dibasahi oleh larutan formalin 10%.
  • Atur posisi spesimen dengan posisi menunjukkan morfologi spesimen terlihat untuk memudahkan identifikasi ulang di laboratorium jika dibutuhkan. Misalnya mulut disumpal dengan kapas untuk menunjukkan bagian dalam mulut, jari-jari tungkai dimekarkan untuk melihat selaput (gambar @ref(fig:spesamf1)). Kemudian ikatkan label pada bagian pinggang agar tidak tertukar dengan spesimen lain.
  • Tutupi spesimen dengan kain yang dibasahi formalin 10% dan tutup box selama satu sampai dua hari hingga spesimen kaku.
  • Untuk penyimpanan permanen, spesimen yang telah dipreservasi dalam kotak plastik dikeluarkan dan dibilas dengan air mengalir selama 1 – 2 jam untuk menghilangkan sisa formalin. Setelah itu dapat dipindahkan ke dalam toples kaca yang berisi alkohol 70%

Gambar 8.1: Foto spesimen Amfibi; bagian lateral (a), bagian dorsal (b), bagian ventral (c)

Spesimen Amfibi yang telah diatur posisinya dan diberi label spesimen untuk memudahkan identifikasi ulang di laboratorium ## Mamalia

Pengawetan satwa mamalia kecil dan kelelawar untuk identifikasi lebih lanjut atau koleksi spesimen adalah sebagai berikut:

  • Lakukan pembiusan dengan menekan kapas yang sebelumnya telah dicelupkan ke cairan klorofom atau alkohol 70%
  • Setelah dipastikan sampel terbius (terlihat lemas), lakukan penyuntikkan alcohol 70% menggunakan syringe pada otak kecil melalui tengkuk.
  • Lakukan pengambilan foto sebagai dokumentasi warna asli sebelum diawetkan
  • Sumbat mulut dengan kapas, supaya bagian mulut dapat diperiksa sebelum kaku dikemudian hari, lalu lakukan penyuntikan formalin 5-10% pada bagian-bagian berdaging, berongga dan organ dalam.
  • Letakkan sampel tersebut ke dalam suatu kotak plastik yang sebelumnya telah dilapisi kain kasa dan dibasahi oleh larutan formalin 10%, kemudian ikatkan label pada bagian kaki agar tidak tertukar dengan spesimen lain
  • Untuk penyimpanan permanen, spesimen yang telah dipreservasi dalam kotak plastik dikeluarkan dan dibilas dengan air mengalir selama 1 – 2 jam untuk menghilangkan sisa formalin. Setelah itu dapat dipindahkan ke dalam toples kaca yang berisi alkohol 70%

8.2 Vegetasi

Pengawetan tumbuhan dilakukan dengan tahapan sebagai berikut:

  1. Gunting bagian ranting tumbuhan yang memiliki daun lengkap dan tidak rusak (jika ranting memiliki bunga dan buah akan lebih baik) dengan panjang minimal 30 cm, tidak lupa berikan label (etiket) untuk penanda spesies

Gambar 8.2: Bagian tumbuhan setelah digunting 30 cm
  1. Semprotkan alkohol 70% keseluruh bagian yang sudah dipotong untuk mencegah tumbuhnya jamur yang dapat merusak bagian tumbuhan

  2. Bungkus tumbuhan dengan koran dan sempotkan kembali alkohol 70% dan masukan ke dalam plastik untuk dibawa keluar

  3. Setelah sampai di kamp, keluarkan ranting dari plastik, semprotkan kembali dengan alkohol 70% dan ganti koran pembungkus dengan yang baru

Gambar 8.3: Membungkus ranting dengan kertas koran dan pengepresan dengan triplek
  1. Ranting yang sudah dibungkus dengan koran kemudian di jepit dengan triplek atau papan kardus dan dimasukan ke oven dengan suhu 60 derjat celcius selama kurang lebih 3x24 jam

Gambar 8.4: Pengeringan dengan menggunakan oven
  1. Setelah kering, ranting tumbuhan dijahit atau di tempel ke kertas karton dan berikan keterangan yang berisi Nama kolektor, Tanggal dan Lokasi tumbuhan ditemukan, nomor/ kode spesimen, Habitat dan deskripsi mengenai tumbuhan.

Gambar 8.5: Herbarium yang sudah kering dan siap disimpan
  1. Untuk penyimpanan permanen, letakan herbarium pada kotak kedap udara atau tempat yang kering dan jemurlah herbarium sekali-kali dibawah sinar matahari.